Rabu, 12 Desember 2012

Cermin, Maafkan Daku.

Di suatu kala dimana mentari tinggal secerca berwarna jingga,
Daku berdiri di sani, dengan sunyi dengan hampa
Daku tahu, diluar sana hujan mendera, tapi daku ingin tetap berdiri disini.
Berdiri dengan fatamorgana di hadapku
Tersenyum? Tidak! Menangis? Bingung!

Sesosok pancaran seseorang yang tiada ku pangling,
Malaikat? Bukan! Iblis? Bukan jua! Lalu siapa?

Dia baik, sungguh. Tapi dia bukan malaikat.  
Dia penuh dosa, tapi aku tak tega menyebutnya iblis, dia juga punya hati.
Dia hanya manusia yang terombang ambing dunia
Bak kapas tergeletak di atas genangan air hujan itu. 
Manusia yang bimbang, siapa jati dirinya.

Ya, dialah daku,

Tertawa tak pantas, Ingin menangis pun tak bisa.
Hanya menyesal, mengapa hidupku terlalu seperti ini, wahai cermin.

Maka cermin, maafkan daku yang selalu mamaksamu
Memaksamu menayangkan bias sosok buruk ini setiap hari.
Maafkan daku yang tidak pernah bersyukur,
Maafkan daku yang tak pernah puas. 

Kebumen, 12122012